Marquee

Blog ini merupakan sebuah catatan penulis untuk mengumpulkan informasi untuk bekal kehidupan penulis dan ajang bagi generasi muda Desa Kwarakan, Kec Kaloran, Kab Temanggung menambah wawasan dalam hal ilmu pengetahuan dan tehnologi ☼ Mohon maaf apabila ada konten yang kurang berkenan dihati anda ☼ Silahkan kunjungi kami juga di Kwarakan.com ☼ Bagi anda pemuda / pemudi desa kwarakan silahkan bergabung di grup facebook Badak sakti part 2 ☼ Untuk mengenal lebih lanjut profil Desa kami silahkan klik ☼ BUAH KEPELPROFIL DESA KWARAKANKAPULAGAKLENGKENG ANDALAN DESAKUPANILI EMAS HIJAU YANG TERABAIKAN SENGONBERANDA ☼ Mendengarkan / Melihat / unduh Pengajian silahkan klik ► CERAMAH / Pengajian ☼ Membaca AL QURAN silahkan klik ► AL QUR'AN ☼ Membaca contents - contents islam silahkan klik ► CONTENT ISLAM

Minggu, 14 Agustus 2011

A'zham Huquqillah 'Ala 'Ibaadihi (Hak Allah Yang Paling Agung Atas Para Hamba-Nya)

 Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
          "حق الله على العباد أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئا" (رواه الشيخان)
Maknanya: “Hak Allah atas para hamba adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun” (H.R. al Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa hak Allah yang paling agung atas para hamba-Nya adalah agar mereka men-tauhid-kan-Nya; menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya (Syirik) dengan sesuatu-pun.
   Tauhid (التوحيد ) adalah mashdar dari وحد  يوحد   : mengesakan. Jika dikatakan وحدت الله maksudnya adalah اعتقدته منفردا بذاته وصفاته لا نظيـر له ولا شبيه    ; engkau meyakini bahwa Allah esa pada Dzat dan sifat-sifat-Nya, tidak ada bandingan dan serupa bagi-Nya atau علمتـه واحدا ; engkau mengetahui-Nya esa. Tauhid juga diartikan sebagai الإيمـان بالله وحـده لا شريك له ; beriman kepada Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya dalam ketuhanan. Jadi beriman kepada Allah dengan cara yang benar itulah yang dinamakan tauhid. Karenanya pengajaran tentang beriman kepada Allah dengan cara yang benar menjadi prioritas Ta'lim Nabi shallallahu 'alayhi wasallam, sebagaimana dikatakan sahabat Ibn 'Umar dan sahabat Jundub:
"كُنَّا وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ تَعَلّمْنَا الإيْمَانَ وَلَمْ نَتَعَلّمِ القرْءَانَ ثُمَّ تَعَلَّمْنَا القُرْءَانَ فَازْدَدْنَا بِهِ إيْمَانًا" (رَوَاهُ ابن ماجه وصححه الحافظ البُوْصِيْرِيّ)
Maknanya: “Kamiselagi remaja saat mendekati baligh- bersama Rasulullah mempelajari iman (tauhid) dan belum mepelajari al-Qur’an. Kemudian kami mempelajari al-Qur’an maka bertambahlah keimanan kami". (H.R. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh al-Hafizh al-Bushiri).

Abu Hanifah menamakan ilmu ini dengan al-Fiqh al-Akbar. Ini artinya mempelajari ilmu ini harus lebih didahulukan dari mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Setelah cukup mempelajari ilmu ini baru disusul dengan ilmu-ilmu yang lain.


Definisi Tauhid

            Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan:
          " وأما أهل السنة ففسروا التوحيد بنفي التشبيه والتعطيل ".
"Sedangkan Ahlussunnah menafsirkan bahwa tauhid adalah menafikan tasybih (keyakinan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) dan ta'thil (keyakinan yang menafikan adanya Allah atau salah satu sifat-Nya)".

Jadi tauhid dalam penafsiran Ahlussunnah adalah meyakini bahwa Allah ada dan memiliki sifat-sifat yang tidak menyerupai sifat-sifat makhluk-Nya, Allah esa pada Dzat, sifat dan perbuatan-Nya. Imam al Junaid al Baghdadi berkata:
          "التوحيد إفراد القديم من المحدث"  (رواه الخطيب البغدادي وغيـره)
Tauhid adalah mensucikan (Allah) yang tidak mempunyai permulaan dari menyerupai makhluk-Nya” (diriwayatkan oleh al Hafizh al Khathib al Baghdadi)

Dan inilah makna nama Allah al Ahad dan al Wahid. Al Imam al Halimi mengatakan : الأحد هو الذي لا شبيه له ولا نظيـر ، كما أن الواحد هو الذي لا شريك له ولا عديد ;     al Ahad ialah yang tiada serupa dan bandingan bagi-Nya, sebagaimana al Wahid maknanya adalah yang tiada sekutu bagi-Nya dan tiada  yang menduai –Nya (dalam ketuhanan). Imam Abu Hanifah berkata :
 "والله واحد لا من طريق العدد ولكن من طريق أنه لاشريك له".
"Allah satu bukan dari segi bilangan tetapi dari segi bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya".

Al Ahad juga ditafsirkan yaitu yang tidak menerima pembagian, yakni bukan jisim karena secara akal jisim (benda) bisa dibagi-bagi, sedangkan Allah bukanlah jisim. Allah berfirman ketika mencela orang-orang kafir:
) وجعلوا له من عباده جزءا(  (سورة الزخرف : 15)
Maknanya: "Dan mereka (orang-orang kafir) menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian dari pada-Nya"   (Q.S. az-Zukhruf : 15)

al Imam  Abu Hasan al Asy'ari berkata dalam kitab an- Nawadir :
             " من اعتقد أن الله جسم فهو غير عارف بربه وإنه كافر به ".
"Barang siapa yang meyakini bahwa Allah adalah jisim maka dia tidak tahu tentang tuhannya dan sesungguhnya dia kafir terhadap-nya".

Ini semua adalah bantahan terhadap orang-orang yang membagi tauhid menjadi tiga macam; Tauhid UluhiyyahTauhid Rububiyyah dan Tauhid al Asma' wa ash-Shifat. Pembagian tauhid yang digagas oleh Ibnu Taimiyah dan diikuti oleh para pengikutnya ini menyalahi Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Maksud dan tujuan dari pembagian ini adalah untuk mengkafirkan orang-orang mukmin yang bertawassul dengan para nabi dan orang-orang shalih, mengkafirkan orang-orang mukmin yang mentakwil ayat-ayat yang mengandung sifat-sifat Allah dan mengembalikan penafsirannya kepada ayat-ayat muhkamat. Ini berarti pengkafiran terhadap  Ahlussunnah Wal Jama’ah yang merupakan kelompok mayoritas di kalangan umat Muhammad

            Dikatakan kepada mereka : Siapakah di antara ulama' salaf yang membagi tauhid menjadi tiga ini ? Jawabannya: tidak ada. Apakah ummat Islam seluruhnya tidak memahami لا إله إلا الله  sebelum munculnya Ibnu Taimiyah !!! lalu apa komentar Ibnu Taimiyah dan para pengikutnya terhadap para sahabat, tabi'in dan para ulama salaf yang melakukan takwil terhadap ayat-ayat sifat !!!

            Terakhir, sebagian ulama Ahlussunnah mengatakan :
من أعطي الايمان ولم يعط الدّنيا فكأنّما ما منع شيئا ، ومن أعطي الدّنيا ولم يعط الايمان فكأنّما لم يعط شيئا
"Barang siapa diberi (oleh Allah) keimanan, dan ia tidak diberi dunia (harta benda) maka seolah-olah ia tidak tercegah untuk mendapatkan apapun (karena ia akan masuk surga dengan keimanannya tersebut). Dan barang siapa diberi dunia dan tidak diberi keimanan maka seolah-olah ia tidak diberi apapun (karena bila mati nanti ia akan meninggalkan harta bendanya tersebut dan akan masuk neraka serta kekal di dalamnya selamanya)".


Baca Juga :


Masa Il Diniyah III bab 10 ( QADLA’ SHALAT )
Masa Il Diniyah III bab 9 ( MASALAH-MASALAH SEPUTAR SHALAT )
Masa Il Diniyah III bab 8 ( I S B A L )
Masa Il Diniyah III bab 7 ( MENCIUM TANGAN ORANG SALEH DAN BERDIRI UNTUK MENGHORMATI KEDATANGAN SEORANG MUSLIM )
Masa Il Diniyah III bab 6 ( BERMAIN REBANA )
Masa Il Diniyah III bab 5 ( SHALAT DI KUBURAN DAN SHALAT DI MASJID YANG ADA KUBURANNYA )
Masa Il Diniyah III bab 4 (MASALAH BANGUNAN KUBURAN DAN ZIARAH KUBUR )
Masa il Diniyah III bab 3 ( T A L Q I N )

Masa il Diniyah III bab 2 ( PEREMPUAN YANG MELAKUKAN SAFAR (BEPERGIAN JAUH) ))
Masa il Diniyah III bab 1 ( KEHUJJAHAN IJMA’ )
Masa il Diniyah II bab 10 ( AURAT PEREMPUAN ADALAH SELURUH TUBUHNYA SELAIN MUKA DAN KEDUA TELAPAK TANGAN )
Masa il Diniyah II bab 9 ( MASALAH-MASALAH SEPUTAR SHALAT)
Masa il Diniyah II bab 8 ( PERAYAAN MAULID NABI SAW )
Masa Il Diniyah II bab 7 (MEMBACA SHALAWAT NABI SETELAH ADZAN DENGAN SUARA YANG KERAS)
Masa Il diniyah II Bab 6 (DZIKIR DENGAN MENYEBUT LAFAZH AL JALALAH ( الله ) SAJA )
Masa Il Diniyah II bab 5 ( Beberapa Kesalahan dalam melafalkan Dzikir)
Masa Il Diniyah II bab 4 ( BERDZIKIR DENGAN BENAR )
Masa il Diniyah II bab 3 ( KENABIAN DAN KERASULAN ADAM ’Alayhissalam )
Masa Il Diniyah II bab 2 ( AYAT-AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT )
Masa il Diniyah II bab 1 ( TANZIH (Salah Satu Pilar Aqidah Islam))
Masa Il Diniyah I
Jadwal Imsakiyah
Berpegang Teguh Terhadap Ajaran Islam
Mengenal Malaikat
Hikmah Di balik Peritiwa isra' mi'raj
 ***


Kompilasi ebook oleh: M. Luqman Firmansyah

Tidak ada komentar:

Entri Populer